Kamis, 24 Juni 2010

DIRIMU DIHATIKU TAK LEKANG OLEH KESEDIHAN (CERPEN) belum rampung

Ratna adalah seorang anak remaja yang cantik, pandai dan ceria. Dia adalah salah seorang siswa yang berprestasi di sekolahnya. Tetapi, ketika orang tua mereka bercerai Ratna menjadi anak yang pemurung dan sukar untuk berteman.
Ketika Ratna berada didepan pintu rumah neneknya, Ratna mendengar sebuah suara memanggil namanya.
“Ratna…” suara lirih terdengar dari kejauhan.
“Siapa ya?” Ratna mencari-cari suara yang tadi memanggilnya.
Tiba-tiba seorang anak yang memiliki wajah pujat, memakai baju putih agak kotor dan tidak memakai sandal, berdiri dihadapannya. Ratna pun terkejut saat itu.
“Ini ada hadiah untuk kamu.” anak itu menyodorkan sebuah kotak kecil berpita hitam.
“Apa ini?” Tanya Ratna sambil meraih kotak itu.
“Kamu siapa?” lanjutnya menatap anak itu.
“Aku Mailin, bukankah sekarang kamu sedang berulang tahun? Selamat ya, Ratna.” ucap anak itu.
“Iya, memang sekarang aku sedang berulang tahun, tapi... cuma kamu yang ingat dan memberi selamat padaku.” wajah Ratna berubah menjadi muram karena bersedih.
“Jangan bersedih kawan.” Kata anak itu.
“mmm.... karena kamu ingat pada ulang tahunku, maukah kamu menjadi temanku?” Ajak Ratna tersenyum dan menyodorkan tangannya.
“Ya tentu saja. Tapi aku harus segera pergi.” Ujar anak itu. Anak itu pun berlari meninggalkan Ratna. Jabatan tangan Ratna tidak dibalasnya. Ratna pun mengangkat bahunya heran, sambil memasuki rumah neneknya.


***


Keesokan harinya, Ratna hendak pergi ketaman memberi makan ikan-ikan disana. Ketika Ratna membuka pintu rumah, dengan memakai baju yang sama tiba-tiba anak itu berada didepan pintu.
“hah…” Ratna terkejut dengan kedatangan anak itu secara tiba-tiba.
“Kamu mau ketaman ya?” Tanya anak itu.
Ratna menganggukan kepalanya.
“Aku boleh ikut, kan?” Tanya anak itu lagi.
“Ya tentu saja.” Ratna menutup pintu rumahnya, dan mulai berjalan bersama anak itu.

Ketika dikursi samping kolam taman.

“Mailin, apakah kaki kamu tidak kepanasan?” Tanya Ratna sambil menaburi pelet ikan dikolam.
“Hm...” Anak itu melihat kearah Ratna. Sambil mengayun-ayunkan kedua kakinya.
“Iya, apakah kakimu tidak panas, kamukan tidak mengenakan sandal?” Tanya Ratna lagi mengulangi pertanyaannya.
“Aku sudah terbiasa, malah aku tidak bisa mengenakan sandal.” Jawab anak itu.
“Masak sih? Kan cuma dipasang dikaki, terus kita jalan.” Jelas Ratna.
“Iya, tapi tetap saja aku tidak bisa.” Kata anak itu.
Ratna terus memandangi kaki dan kulit anak itu yang putih pucat.
“Rumah kamu dimana, Lin?” Tanya Ratna.
“dua hari lalu seharusnya aku menempati rumah baru. Tetapi, sekarang aku sudah tidak mempunyai rumah lagi.” Jelas anak itu.
“Memangnya orangtuamu kemana?” Tanya Ratna penasaran.
“Sudah ya Ratna, aku harus pergi. Lain kali kita lanjutkan perbincangannya.” Kata anak itu, yang langsung berlari meninggalkan Ratna.



***


Nenek Ratna adalah seorang pengumpul barang-barang bekas. Ketika Ratna sedang membantu neneknya, neneknya membaca koran bekas yang di terbitkan pada dua hari lalu yang ia dapatkan dari seorang pemulung. Yang berisi:
~Telah terjadi kecelakaa di jalan Sri Bungguk. Sebuah mobil terjun ke jurang yang kedalamannya mencapai ± 100 meter. Mobil tersebut sudah dapat diidentifikasi. Diduga, mobil sedan berwarna coklat bernomor polisi X2500MN mengangkut 2 orang penumpang yang diduga bernama Clara Perempuan 30thn, Mailin Perempuan 9thn. Dan 1 orang pengemudi yang diduga bernama Yushin Laki-laki 35thn. Jenazah Yushin dan Clara sudah ditemukan oleh aparat. Sedangkan jenazah yang diduga Meilin belum ditemukan. Hanya sepasang sandal berwarna hijau diduga milik Meilin yang ditemukan. Menurut kerabat mereka Yushin dan keluarga hendak pindah rumah dengan mobil barang yang menyusul. (Bersambung pada hal. 11)~
“Nek, buku-buku ini jangan dijual ya.” Kata Ratna membawa tumpukan-tumpukan buku yang masih bagus.
“Memang untuk apa?” Tanya Nenek sambil melipat Koran yang belum selesai dibacanya.
“Buku-buku ini masih bagus dan Ratna bisa membacanya, Nek. Setelah Ratna selesai membaca, buku ini Ratna ingin sumbangkan ke perpustakaan desa. Siapa tau berguna untuk orang desa disekitar sini.” Kata Ratna bijak.
“Ya sudah, bawa buku-buku ini masuk. Nanti tercampur barang-barang yang akan dijual.”
“Terimakasih ya, Nek.” Ucap Ratna yang berjalan bahagia.


***



‘Krek..’
‘Krek..’
Jendela kamar Ratna bergerak hebat hingga bunyi dernyitan berulang kali terdengar. Angin kencang dengan tiba-tiba memasuki kamar Ratna dan mulai memberantaki kamarnya. Ratna yang tadi tertidur pulas kini terjaga karena suasana yang tidak enak membangunkannya. Ratna panik ketika ia melihat suasana kamarnya penuh angin dan berantakan. Ratna berjalan menuju jendela untuk menutupnya sambil melawan angin yang terus menghantamnya.
“Mailin..” Ratna kaget saat melihat mailin berada di taman sambil tersenyum melambai-lambaikan tangan.
Ratna berlari menuruni tangga menuju taman di depan halaman rumahnya.
”Hai, Ratna.”sapa Mailin.
”kamu ngapain disini?” Ratna berjalan perlahan menuju Mailin dengan tatapan aneh.
”aku mau minta tolong sama kamu.” kata Mailin memelas.
”minta tolong apa?” air muka Ratna berubah menjadi senang.
”kamu mau tidak mengatarkan aku ke jalan Sri Bungguk?” tanya Mailin yang juga tersenyum.
”untuk apa?”
”aku ingin bertemu saudaraku.”
Ratna berfikir sejenak. Bukankah Jalan Sri Bungguk adalah nama jalan yang di kelilingi hutan alas dan jurang. Namun Ratna juga berfikir. Mungkin sekarang di sana sudah banyak pemukiman warga. Karena Ratna juga jarang dan sudah lama tidak pergi kesana.
”boleh. Kapan?” tanya Ratna ramah.
”nanti sore bisa?”
”ya sudah. Nanti sore kamu kerumahku, ya.”


***

Ratna mencari-cari hadiah pemberian dari Mailin. Kotak berwarna abu-abu berpita hitam. Ratna mengobrak-abrik kamarnya. Membuka satu laci ke laci yang lain.
Sepetinya nenek Ratna yang sudah mulai pikun mendengar keributan di kamar cucunya. Nenek Ratna pun beranjak dari kursinya dan menemui Ratna.
“Ratna. Ada apa ini?” Nenek Ratna kaget melihat kamar Ratna berantakan.
”Nek, apakah Nenek melihat kotak kecil berwarna abu-abu berisi kalung hati berwarna merah?” tanya Ratna panik.
”tidak. Nenek tidak lihat. Memang kamu simpan dimana?”
”di sini, Nek.” kata Ratna sambil menunjuk sebuah laci. Akhirnya nenek Ratna pun membantu mencari benda yang di maksud cucunya.

***
oleh dita julia ningsih

2 komentar:

  1. wow.. great... i love it...
    secepatnya ya sambungannya....

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus