Perkenalkan namaku Dita. Mungkin sekarang kau
belum mengenalku sama sekali. Mungkin kau berada sangat jauh dari keberdaanku
disini. Mungkin kita berada di belahan bumi yang berlainan, dipisahkan oleh luasnya samudra. Tapi ingatlah, selama kita masih melihat langit dan
menapaki bumi yang sama, kau dan aku pasti Allah akan pertemukan.
Atau mungkin kau sudah sangat mengenalku,
mengetahui kebodohanku atau bahkan pernah menertawaiku saat aku melakukan hal
konyol yang membuat garis lengkung itu menghias di wajahmu. Mungkinkah kau dari
masa laluku? Atau berasal dari masa sekarangku? Aku tak tahu… yang aku tahu kau
pasti akan menghiasi masa depanku.
Mereka bilang, “ah kamu masih 19 tahun,
masih terlalu muda untuk ngomongin ginian…” dan bla bla bla. Tapi tahu kah kau,
dengan cara aku meyakini bahwa Allah akan mempersembahkan kau untuk menjadi
terbaikku, aku merasa kuat untuk tidak melanggar larangan-Nya ̶ tidak mendekati
zina. Dan tahu kah kau, saat aku menyadari bahwa diri ini tak akan selamanya
sendiri ̶ karena akan ada kau yang menemani ̶ membuat semangatku terasah untuk
menjadi pribadi yang lebih baik.
Sudahlah kata-kata sulit yang coba ku
rangkai, aku menyerah. Karena ini hanya tentang aku dan harapanku padamu, harusnya
ini akan mudah.
Yang aku inginkan darimu ̶ kau adalah
seorang pemuda yang mencoba untuk tidak berpacaran seperti halnya aku sedang
melakukan itu. Semoga kita berpikiran sama tentang hal ini bahwa pernikahan tidak harus diawali dengan pacaran. Pernikahan adalah sesuatu yang
suci, tidak patut diawali dengan sesuatu yang keji dan dapat membuat kita tersesat
dalam jalan syaitan. Aku harap kau mengerti bahwa aku lebih rela jika aku
tak mengenalmu sebelumnya sama sekali, lalu kita menikah dan mengetahui satu
sama lain setelahnya dibandingkan aku harus mengenalmu sebelum janji suci itu dengan
jalan yang dibenci oleh-Nya.
Semoga kau sepakat denganku bahwa
hakikatnya mencintai bukan untuk menjerumuskan, apalagi menjerumuskan pada
neraka-Nya. Cinta itu menjaga. Menjaga agar orang yang dicintai jauh-jauh dari
kesusahan, apalagi dari panasnya api neraka. Cinta itu tanggung jawab. Saat kau
mengatakan kau siap mencinta, maka tunaikanlah dengan menikah dan memikul
segala tanggung jawab yang diberikan oleh ayahku kepadamu. Dan jika dalam waktu
dekat ini kau dan aku belum mampu, aku akan berdoa agar kau dapat bersabar sendiri,
sama sendirinya seperti sendiriku saat ini.
Semoga kau meyakini Firman Tuhan bahwa,“…laki-laki
yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik.” Sehingga kau mencoba
memperbaiki dirimu layaknya aku yang mencoba memperbaiki diriku. Semoga kau
bertahan dengan olok-olok ini, dimana pemuda yang tidak memiliki seorang teman
perempuan dianggap aneh, homo, tak laku atau apalah yang membuat hatimu ciut. Semoga
kau tahan.
Hijabku ini sebagai pertanda bahwa aku
ingin taat pada-Nya. Sekaligus sebagai ikhtiarku menjemputmu yang sudah
sempurna untukku saat kita bertemu. Mungkin perubahanku saat ini salah satunya
disebabkan oleh terkabulnya doamu yang meminta-Nya untuk memberikan hidayah-Nya kepadaku sehingga aku dapat melangkah hijrah dari masa lalu.
Berdoalah wahai Calon Imamku, sebut aku
dalam doamu. Tak perlu sebut namaku, sebut saja aku sebagai “wanita terbaik untukku
yang berdasar pada ilmu-Nya”. Jangan mendahului kejadian yang waktu belum mampu
menjawabnya. Tenang saja, Buku itu tidak akan salah ditulis oleh-Nya tentang
namamu dan namaku.
Bersabarlah wahai kekasihku yang dicintai
Allah. Kelak kau akan memeberikan mawar itu, yang selalu ku inginkan untuk ku miliki.