Senin, 10 November 2014

Surat Cinta?

Dear Calon Imamku,
Perkenalkan namaku Dita. Mungkin sekarang kau belum mengenalku sama sekali. Mungkin kau berada sangat jauh dari keberdaanku disini. Mungkin kita berada di belahan bumi yang berlainan, dipisahkan oleh luasnya samudra. Tapi ingatlah, selama kita masih melihat langit dan menapaki bumi yang sama, kau dan aku pasti Allah akan pertemukan.
Atau mungkin kau sudah sangat mengenalku, mengetahui kebodohanku atau bahkan pernah menertawaiku saat aku melakukan hal konyol yang membuat garis lengkung itu menghias di wajahmu. Mungkinkah kau dari masa laluku? Atau berasal dari masa sekarangku? Aku tak tahu… yang aku tahu kau pasti akan menghiasi masa depanku.
Mereka bilang, “ah kamu masih 19 tahun, masih terlalu muda untuk ngomongin ginian…” dan bla bla bla. Tapi tahu kah kau, dengan cara aku meyakini bahwa Allah akan mempersembahkan kau untuk menjadi terbaikku, aku merasa kuat untuk tidak melanggar larangan-Nya ̶ tidak mendekati zina. Dan tahu kah kau, saat aku menyadari bahwa diri ini tak akan selamanya sendiri ̶ karena akan ada kau yang menemani ̶ membuat semangatku terasah untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Sudahlah kata-kata sulit yang coba ku rangkai, aku menyerah. Karena ini hanya tentang aku dan harapanku padamu, harusnya ini akan mudah.
Yang aku inginkan darimu ̶ kau adalah seorang pemuda yang mencoba untuk tidak berpacaran seperti halnya aku sedang melakukan itu. Semoga kita berpikiran sama tentang hal ini bahwa pernikahan tidak harus diawali dengan pacaran. Pernikahan adalah sesuatu yang suci, tidak patut diawali dengan sesuatu yang keji dan dapat membuat kita tersesat dalam jalan syaitan. Aku harap kau mengerti bahwa aku lebih rela jika aku tak mengenalmu sebelumnya sama sekali, lalu kita menikah dan mengetahui satu sama lain setelahnya dibandingkan aku harus mengenalmu sebelum janji suci itu dengan jalan yang dibenci oleh-Nya.
Semoga kau sepakat denganku bahwa hakikatnya mencintai bukan untuk menjerumuskan, apalagi menjerumuskan pada neraka-Nya. Cinta itu menjaga. Menjaga agar orang yang dicintai jauh-jauh dari kesusahan, apalagi dari panasnya api neraka. Cinta itu tanggung jawab. Saat kau mengatakan kau siap mencinta, maka tunaikanlah dengan menikah dan memikul segala tanggung jawab yang diberikan oleh ayahku kepadamu. Dan jika dalam waktu dekat ini kau dan aku belum mampu, aku akan berdoa agar kau dapat bersabar sendiri, sama sendirinya seperti sendiriku saat ini.
Semoga kau meyakini Firman Tuhan bahwa,“…laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik.” Sehingga kau mencoba memperbaiki dirimu layaknya aku yang mencoba memperbaiki diriku. Semoga kau bertahan dengan olok-olok ini, dimana pemuda yang tidak memiliki seorang teman perempuan dianggap aneh, homo, tak laku atau apalah yang membuat hatimu ciut. Semoga kau tahan.
Hijabku ini sebagai pertanda bahwa aku ingin taat pada-Nya. Sekaligus sebagai ikhtiarku menjemputmu yang sudah sempurna untukku saat kita bertemu. Mungkin perubahanku saat ini salah satunya disebabkan oleh terkabulnya doamu yang meminta-Nya untuk memberikan hidayah-Nya kepadaku sehingga aku dapat melangkah hijrah dari masa lalu.
Berdoalah wahai Calon Imamku, sebut aku dalam doamu. Tak perlu sebut namaku, sebut saja aku sebagai “wanita terbaik untukku yang berdasar pada ilmu-Nya”. Jangan mendahului kejadian yang waktu belum mampu menjawabnya. Tenang saja, Buku itu tidak akan salah ditulis oleh-Nya tentang namamu dan namaku.
Bersabarlah wahai kekasihku yang dicintai Allah. Kelak kau akan memeberikan mawar itu, yang selalu ku inginkan untuk ku miliki.