Jumat, 15 Mei 2015

Alasan mengapa aku mencintai Sang Pembawa Pesan Tuhan




Seorang Ustadz pernah berkata, “Saat kamu mendalami Islam, maka kamu akan jatuh cinta padanya.” Yups! Itulah yang terjadi padaku saat ini.  Aku jatuh cinta pada pesan yang dibawa Muhammad (saw), dan jatuh cinta pada Sang Pembawa Pesan.
Ada banyak hal yang menjadi alasan mengapa aku sangat mengagguminya.
Pembawaannya, sifat pemalunya, ketegasannya dalam memimpin umat, kebijaksanaannya dalam memerintah suatu Negara, kepiawaiannya menunggang kuda, kegagahannya di medan perang, kecakapannya dalam berbicara, keberaniannya menentang kebatilan, kelembutannya terhadap anak kecil, suaranya yang merdu dalam melantunkan ayat suci-Nya (ah, andai saja aku dapat mendengarkannya…), kecerdikannya, kebaikannya, ketulusan hatinya, sifat dapat dipercayanya, hobinya yang sangat mengagumkan: berenang dan memanah, kecintaannya terhadap hewan, sifat menghormatinya, sifat penyayangnya terhadap orang miskin, seorang visioner yang optimis, kebijaksanaannya dalam segala hal, keromantisannya, ketampanannya…. Pada hal yang akhir (bukan yang terakhir) aku pernah bertanya pada Papa seperti, “Pah Dita pernah denger dari ustadz katanya ketampanan Rasulullah saw melebih ketampanan Nabi Yusuf yang separuh penduduk dunia. Apa benar?” terus Papa jawab, “Pastilah, karena Muhammad saw adalah makhluk Pilihan Allah dan Allah pasti akan menjadikan-Nya sempurna.” Pendapat Papa sepertinya di dukung Ibnu Qayyim dalam Badai al-Fawaid (atau sebalinya? Hehe) daaan masih banyak lagi yang kalau aku tulis semua mungkin isi blog ini bakal cuma alasanku mencintainya aja.
Aisyah ra. berkata, :"Bila Rasulullah sedang bergembira, maka paras mukanya bagaikan belahan bulan purnama." (Riwayat At Tirmidzi.)
Hasan bin ali meriwayatkan dari Abi Hallah, bahwa Rasulullah saw. berwajah tampan, sangat gagah, berwibawa dan berseri-seri bagaikan bulan purnama. (Riwayat At Tirmidzi.)
Aisyah ra. berkata, “Jika para wanita dari Zulaikha telah melihat Muhammad-ku (saw) maka mereka akan mengiris hati mereka dan tidak merasakan sakit.” <3>

Sebagai seorang muslim kita wajib mencintai Sang Pembawa Pesan Terakhir. Selain itu merupakan perintah Tuhan, bukankah kita secara fitrah akan mencintai seseorang yang menerangi jalan dan memberi petunjuk kepada kita bahkan sebelum kita lahir? Tanpanya, kita mungkin terjebak dalam ketidaktahuan yang gelap dan tidak mengetahui caranya berterima kasih kepada Sang Pencipta, bahkan kita tidak akan pernah mengenal siapa Sang Pencipta; tanpanya, mungkin kita tidak akan mengerti makna sesungguhnya hidup ini. kita bisa saja hanya bangun menjalani hari tanpa tujuan seperti, “biarkan saja itu mengalir”, atau berbuat seenaknya tanpa aturan seperti korupsi, membunuh, berzina….gelap.
Dia bukan hanya menunjukkan jalan menuju Sang Pencipta. Dia (Muhammad) mencintai aku, kamu, tanpa syarat. Apa buktinya?
Suatu ketika berkumpullah Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam bersama sahabat-sahabatnya yang mulia. Di sana hadir pula sahabat paling setia, Abu Bakar ash-Shiddiq. Kemudian terucap dari mulut baginda yang sangat mulia: “Wahai Abu Bakar, aku begitu rindu hendak bertemu dengan ikhwanku (saudara-saudaraku). ”Suasana di majelis itu hening sejenak. Semua yang hadir diam seolah sedang memikirkan sesuatu. Lebih-lebih lagi sayidina Abu Bakar, itulah pertama kali dia mendengar orang yang sangat dikasihinya melontarkan pengakuan demikian. “Apakah maksudmu berkata demikian, wahai Rasulullah? Bukankah kami ini saudara-saudaramu?” Abu Bakar bertanya melepaskan gumpalan teka-teki yang mulai memenuhi pikiran. “Tidak, wahai Abu Bakar. Kamu semua adalah sahabat-sahabatku, dan aku mencintai kalian. Tetapi aku merindukan saudara-saudaraku." dengan suara bergetar. “Kami juga saudaramu, wahai Rasulullah,” kata seorang sahabat yang lain pula. Rasulullah menggeleng-gelangkan kepalanya perlahan-lahan sambil tersenyum. Kemudian Baginda bersabda, “Saudara-saudaraku adalah orang-orang yang tidak hidup sezaman denganku, mereka yang tidak pernah berjumpa denganku, tapi mereka mencintaiku, membenarkanku, dan beriman kepadaku. Aku rindu kepada mereka, aku mencintai mereka.” Sambil berkata demikian, air mata Rasulullah SAW menetes membasahi jenggotnya, dan para sahabat menundukkan wajahnya seraya ikut menangis. (Hadits ini tertera dalam kitab Kanzul Ummal)
Saat pertama kali membaca kisah itu aku menangis... menangis sejadi-jadinya. Bagaimana mungkin di 18 tahun hidupku yang terang karenanya aku hanya mengenalnya sedikit sekali? Bagaimana mungkin dia yang di akhir hayatnya hanya memikirkan aku sedangkan aku disini bahkan tak mengenali jasanya? Bagaimana mungkin…
ummati... ummati…
Ya Allah limpahkanlah shalawat serta salam atasnya, dan sampaikan rasa cintaku padanya, yaa habibi yaa Muhammad.
Dan yang paling membuat aku berpikir (kasarnya) “Ini orang BIJAK abis!” adalah saat aku membaca suatu hadits tentang seorang ibu yang memarahi anaknya karena memecahkan sebuah piring, dan kejadian tersebut dilihat oleh Rasulullah saw. kemudian beliau berkata, “Biarlah, karena sesungguhnya segala sesuatu ada massa (akhirnya).”* dan saat aku resapin kata perkata dalam keheningan pemikiran yang mendalam, aku ngeh banget kalau hadits itu adalah hadits terkuat yang membuat aku kagum dengan kebijaksanaan Rasulullah. Saat diresapi: Segala yang fana akan ada masa berakhirnya. Rumah (kena gempa, kebakaran), pakaian (kekecilan, robek, lusuh), orang tua (meninggal, bercerai), sahabat (bertengkar, berjauhan, bermusuhan), dll. Hadits ini mengajarkan aku untuk menyikapi hal-hal fana yang aku punya sekarang dengan sikap, “Ikhlasin aja, toh nanti juga bakal berakhir” dan membuat aku gak bergantung pada yang fana dan hanya bergantung pada Yang Maha Kekal.
Dan semenjak saat itu aku selalu menelaah hadits yang disabdakan Rasulullah dan berakhir dengan menemukan batinku sendiri berkata, “semua yang Rasulullah katakan itu masuk akal dan ngena banget ke intinya dan bikin sesuatu yang tadinya gamang jadi jelas.”
Dan ada lagi hadits favoritku berkenaan dengan wudhu. Jadi ini tentang wudhu ya, salah satu kegiatan untuk beribadah, bersuci sebelum menghadap Tuhan. Ya beribadah, ibadah yang diajarkan olehnya (Rasulullah saw). Diriwayatkan oleh Ibnu Majah:
Rasulullah SAW berjalan melewati Sa'd yang sedang berwudhu' dan menegurnya, "Kenapa kamu boros memakai air?". Sa'ad balik bertanya, "Apakah untuk wudhu' pun tidak boleh boros?". Beliau saw. menjawab, "Ya, tidak boleh boros meski pun kamu berwudhu di sungai yang mengalir.” 
Cinta lingkungan banget kan Rasulullah? Berwudhu yang meski pun termasuk ke dalam kegiatan beribadah pun gak boleh berlebih-lebihan dalam pengguanaan air karena itu gak dibutuhkan. Buat apa berlebih-lebihan saat anjuran yang ditetapkan sederhana?
Mau tau romantisme Rasulullah dan istrinya? Banyaaak banget hadits yang dijabarkan 'Aisyah ra. bagaimana keromantisan sosok Rasulullah saw. salah satunya:
Dari ‘Aisyah dia berkata, ” Saya biasa minum dari mud yang sama ketika haidh, lalu Rasulullah mengambil mud tersebut dan meletakkan kemulutnya ditempat saya meletakkan mulut saya, lalu beliau minum, kemudian saya mengambil mud, lalu saya menghirup isinya, kemudian beliau mengambil dari saya, lalu beliau meletakkan mulutnya pada tempat saya meletakkan mulut saya, lalu beliaupun menghirupnya.” ( HR.’Abdurrazaq dan Sa’id bin Manshur ). Aw 
Dan para orang awam nan pikirannya dangkal, mereka pasti langsung ‘menyalahkan’ Rasulullah tentang sistem poligami. Kalau saja mereka tahu tentang statistik yang menunjukan bahwa populasi wanita saat ini melebihi kaum pria.. jumlah wanita lebih banyak 2,4 juta dari pria di USA. Dan banyak lagi alasan mengapa Allah swt membolehkan poligami. https://www.youtube.com/watch?v=kw2ecIHNlTU ß (semoga Dr. Zakir Naik bisa member sedikit pencerahan). Gini lho, yang tau segala sesuatunya tentang kita siapa? Sang Pencipta kan? Jadi saat kamu yakin bahwa Muhammad adalah benar Sang Pembawa Pesan Tuhan maka saat Beliau menyampaikan perintah Tuhan yaa jangan disangkal. Allah swt yang tahu dirimu melebihi dirimu sendiri. Lagian tau gak sih, cuma di Islam yang tertera dalam Al-Qur'an untuk menikahi satu wanita saja. Di kitab lain gak ada yang gitu, jadi bisa menikah dengan buaaanyak wanita. (nonton videonya nanti dijelasin Dr. Naik :D)
Dan, “setahun setelah Khadijah meninggal, ada seorang wanita shohabiyah yang menemui Rasulullah saw. Wanita itu bertanya, "Ya Rasulullah mengapa engkau tidak menikah? Engkau memiliki 9 keluarga dan harus menjalankan seruan besar." Sambil menangis Rasulullah saw menjawab: "Masih adakah orang lain setelah Khadijah?"Seandainya Allah tidak memerintahkan Nabi Muhammad saw untuk menikah, maka pastilah beliau tidak akan menikah untuk selama-lamanya.”
Masih banyak lagi hadits dan riwayat yang membuat aku jatuh cinta pada Rasulullah saw. Beliau tidak pernah menyentuh wanita (bukan mahram) atau berbuat hal yang tidak baik lainnya bahkan sebelum beliau menjadi seorang Rasul. Jika aku diberikan kesempatan untuk berteriak, aku akan berteriak (mode lembut sebenernya juga gapapa sih).. “aku cinta engkau ya habibi, Muhammad (saw).”
Muhammad saw. adalah seseorang yang tidak ada fotonya, orang-orang di saat ini tidak ada yang pernah melihatnya. Namun, beliau adalah satu-satunya orang yang biografinya paling banyak dibuat di seluruh dunia. Bukan hanya dibuat oleh penulis muslim, namun para penulis non muslim juga kagum akan kepribadiannya. Jadi buat kamu-kamu semua saudara seimanku dimana pun kamu berada, tolong jangan ragu buat mengenal Sang Pembawa Pesan lebih dekat. Jangan ragu buat beli buku tentang riwayat hidupnya (Sirah Nabawiyah). Bagaimana kamu bisa mencintainya sedang kamu menolak untuk mencoba dekat dengannya?

Salam damai dari saudari seimanmu,
Dita.

NB:
*(kurang lebih gitu bunyi haditsnya soalnya aku lupa bunyi tepat haditsnya. Bagi siapapun yg tahu tolong jernihin yaa)
 

Sabtu, 21 Februari 2015

Sahabatku?

Dulu aku gak pernah ngerasain yang namanya punya sahabat. Yeah… sebenernya ini masalah klise bagi banyak orang dan pastinya gak cuma aku. Kadang orang-orang yang kaya aku ini sering kali iri sama mereka-mereka yang punya sahabat dan sahabatan sampai bertahun-tahun. Kemana-mana berdua terus udah nempel banget kaya perangko sama amplop. Suka banget nginep-nginepan sampai keluarga besarnya tau dia suka nginep. Sampai-sampai suka saling pinjam meminjam barang yang bahkan sifatnya pribadi. Tapi dari semua itu, kakakku pernah ngasih tau sesuatu.
Jadi, waktu aku masih es-de kakakku satu-satunya pernah cerita bahwa dia punya temen sekelas yang punya sahabat sampai intim banget. Intim disini maksudnya mereka udah deket banget sampai tau busuk-busuknya satu sama lain. Contohnya, aib keluarga tuh udah jadi bahan curhatan sehari-hari soalnya mereka satu sama lain ngerasanya kaya nemuin kembaran yang dulu sempet hilang. Tapi, namanya manusia yang punya dua otak pasti pemikirannya gak akan selalu sama kan. Akhirnya suatu hari mereka bertengkar hebat. Aku lupa masalahnya tentang apa, cowok mungkin. Tapi yang jelas, saat mereka berantem aib dari masing-masing saling ngebongkar satu sama lain. Bayangin deh aib lho… katanya sahabat. Itu termasuk aib keluarga si salah satu temennya.
Setelah itu, pola pikirku berubah tentang sahabat. Mungkin. Toh waktu cerita itu diceritain pun aku gak punya sahabat. Kadang aku mikir, apanya yang salah? Kepribadian aku mungkin karena aku cerewet, ketus, atau bukan pendengar yang baik menjadi penyebab aku susah banget punya sahabat. Tapi dari semua itu, aku bukan tipe orang yang suka cerita tentang keburukan atau aib yang aku punya dan alami. Orang-orang mungkin berpikir kalau aku cerewet dan gak kehabisan bahan cerita itu menandakan aku gak punya rahasia. Mereka salah besar. Ada kalanya hal-hal yang penting jadi konsumsi diri sendiri aja, gak perlu diceritain ke orang meski kamu bilang dia sahabatmu.
Aku adalah seseorang yang paling menjujung tinggi harga diri yang aku bawa. Harga diriku, harga diri keluargaku, dan harga diri agamaku. Aku bakal mikir seribu kali untuk menceritakan kejelekan keluargaku. Dan sebelum mikir seribu kali itu selesai, aku bakal mutusin bahwa gak ada untungnya cerita kejelekan tentang diri kita. Soalnya, kadang orang yang mendengarkan masalah kita belum tentu peduli sama apa yang kita alami, tapi lebih ke keuntungan pribadi karena mereka dapat informasi dan bahan yang mereka senangi untuk dengarkan. Atau malah mereka bahagia karena tau kalau kita lagi kesusahan. Who knows, right? Dan kadang saat masalah kita sebenarnya udah selesai tapi karena kita cerita ke orang dan ternyata orang itu mulutnya ember, akhirnya banyak orang yang tau dan masalah yang berkembang di antara mereka lebih buruk dan memalukan daripada masalah kita sebenarnya.
Saat udah kuliah gini, waktu itu pernah denger ceramah tentang ruginya orang yang gak punya sahabat. Sahabat disini maksudnya adalah seseorang yang selalu mengingatkan kita dalam urusan akhirat dan yang membuat kita semangat untuk berlomba-lomba dalam beribadah. Nah, asumsiku tentang pengertian sahabat mulai berubah. Bahwa segala sesuatunya itu harus dilandasi dengan keimanan, termasuk persahabatan. Jadi saat kamu punya seseorang yang selalu bersamamu dalam urusan dunia saja, itu bukan sahabatmu. Karena sahabat itu yang akan membantumu untuk menuju syurga-Nya kelak.
Terus sekarang udah punya sahabat?
Saat belum ada yang setia mengingatkan dan membangunkanku untuk sholat malam, aku pikir aku belum punya sahabat. Saat aku masih merasa kesulitan untuk bangun sholat subuh dan belum ada yang bersedia setia membangunkanku dari tidurku, aku pikir aku belum punya sahabat. Dan kalaupun sahabat itu ada dalam hidupku saat ini, pastilah itu keluargaku. Papah dan Mamah yang selalu setia bangunin aku untuk sholat subuh meskipun aku tidurnya kaya kebo. Mamah yang selalu nyuruh-nyuruh aku supaya aku gak telat makan. Adikku yang selalu cerewet, “baca aja, sholat sana!” aaaahhh.. Ya Allah, lindungi mereka dari siksa-Mu aku sungguh merindukan mereka.
Yah. Saat aku sedih karena ditinggalin atau tidak dianggap sama mereka-mereka, aku masih punya keluargaku untuk aku bergantung. Aku mencintai mereka dan berharap agar Allah senantiasa Melindungi mereka. Dan aku tahu bahwa keluargaku tak akan selamanya ada untukku, aku masih punya Allah di hatiku. Cukuplah Allah sebagai Penolongku.
Dan bila saatnya tiba, Allah akan memberikan dirimu sebagai sahabatku. Kau yang tidak akan pernah menolakku untuk kumintai bantuan, kau akan merasa bahagia karena kau membutuhkanku untuk membutuhkanmu. Kau yang akan setia membangunkanku untuk sholat fajr hingga sisa umur kita. Kau yang akan dengan sabar mengurusku saat aku sakit. Kau yang akan setia menungguku bersiap saat kita akan pergi ke suatu tempat. Kau yang akan setia membawakan belanjaanku saat aku bingung memikirkan apa yang belum kubeli hahahaha. Kau yang akan selalu ada disaat aku butuh bahu untuk menangis. Kau yang akan selalu menjadi tempat untukku berbagi. Kau yang akan menjadi sahabatku sampai kita tua nanti. J

Senin, 16 Februari 2015

Diam


Perasaan ini memudar layaknya wajahmu di pikiranku
Terkikis bentuk itu satu persatu
Tak dapat terbayang kini apa yang dulu selalu terlihat
Karena memori itu sudah mulai melapuk

Hari kini berganti tahun
Diriku pun sudah tak seperti dulu
Hati ini menguat karena lekat oleh lem waktu
Ya kuat, namun masih bisa patah kemudian remuk

Pantaskah kata yang tersimpan disini terucap
Karena bukan kau yang memperbaikinya, tapi aku
Bukan kau yang mengiba, namun aku yang bertahan
Bukan kau yang jatuh, tapi aku yang cinta

Apakah dulu berasa
Atau hanya bias saja
Aku tak bisa melihat ke dalam itu
Mungkin ini pertanda bahwa kau tak menyukainya

Meski diammu itu memiliki banyak makna
Semua itu membuatku tahu bahwa masih ada kesempatan
Kesempatan untukku berlari
Atau bertahan meski tak tahu harus apa

Namun kau benar
Sikap diam itu membantuku belajar
Bahwa yang terbaik nanti, tidak dapat ditunjukan hari ini
Karena masa depan bukan aku atau kamu yang menentukan

Sikap tak acuh itu membuatku mengerti
Cinta bukan sekedar omong kosong anak es-em-a
Bukan lantunan musisi yang mengais nafkah
Cinta itu tentang cerita indah yang kau sebut penahan

Ini bukan puisi, bukan puisi untukmu
Ini puisi tentang diriku yang menahan waktu
Menahan perasaan itu, menahan pikiran yang merambat
Biar saja aku yang menentukan untuk siapa hatiku
Bukan kamu atau diammu.