Perasaan ini
memudar layaknya wajahmu di pikiranku
Terkikis bentuk
itu satu persatu
Tak dapat
terbayang kini apa yang dulu selalu terlihat
Karena memori itu
sudah mulai melapuk
Hari kini
berganti tahun
Diriku pun sudah
tak seperti dulu
Hati ini menguat
karena lekat oleh lem waktu
Ya kuat, namun
masih bisa patah kemudian remuk
Pantaskah kata
yang tersimpan disini terucap
Karena bukan kau
yang memperbaikinya, tapi aku
Bukan kau yang mengiba,
namun aku yang bertahan
Bukan kau yang
jatuh, tapi aku yang cinta
Apakah dulu
berasa
Atau hanya bias
saja
Aku tak bisa
melihat ke dalam itu
Mungkin ini pertanda bahwa kau tak menyukainya
Meski diammu itu
memiliki banyak makna
Semua itu
membuatku tahu bahwa masih ada kesempatan
Kesempatan untukku berlari
Atau bertahan
meski tak tahu harus apa
Namun kau benar
Sikap diam itu
membantuku belajar
Bahwa yang
terbaik nanti, tidak dapat ditunjukan hari ini
Karena masa
depan bukan aku atau kamu yang menentukan
Sikap tak acuh
itu membuatku mengerti
Cinta bukan
sekedar omong kosong anak es-em-a
Bukan lantunan
musisi yang mengais nafkah
Cinta itu
tentang cerita indah yang kau sebut penahan
Ini bukan puisi,
bukan puisi untukmu
Ini puisi
tentang diriku yang menahan waktu
Menahan perasaan
itu, menahan pikiran yang merambat
Biar saja aku
yang menentukan untuk siapa hatiku
Bukan kamu atau
diammu.
masalah lalu yg menggalaukan kalo ditulis malah mengingatkan loh teh, hati2...
BalasHapusmasalah --> masa, mksudnya
BalasHapus