Senin, 16 Februari 2015

Diam


Perasaan ini memudar layaknya wajahmu di pikiranku
Terkikis bentuk itu satu persatu
Tak dapat terbayang kini apa yang dulu selalu terlihat
Karena memori itu sudah mulai melapuk

Hari kini berganti tahun
Diriku pun sudah tak seperti dulu
Hati ini menguat karena lekat oleh lem waktu
Ya kuat, namun masih bisa patah kemudian remuk

Pantaskah kata yang tersimpan disini terucap
Karena bukan kau yang memperbaikinya, tapi aku
Bukan kau yang mengiba, namun aku yang bertahan
Bukan kau yang jatuh, tapi aku yang cinta

Apakah dulu berasa
Atau hanya bias saja
Aku tak bisa melihat ke dalam itu
Mungkin ini pertanda bahwa kau tak menyukainya

Meski diammu itu memiliki banyak makna
Semua itu membuatku tahu bahwa masih ada kesempatan
Kesempatan untukku berlari
Atau bertahan meski tak tahu harus apa

Namun kau benar
Sikap diam itu membantuku belajar
Bahwa yang terbaik nanti, tidak dapat ditunjukan hari ini
Karena masa depan bukan aku atau kamu yang menentukan

Sikap tak acuh itu membuatku mengerti
Cinta bukan sekedar omong kosong anak es-em-a
Bukan lantunan musisi yang mengais nafkah
Cinta itu tentang cerita indah yang kau sebut penahan

Ini bukan puisi, bukan puisi untukmu
Ini puisi tentang diriku yang menahan waktu
Menahan perasaan itu, menahan pikiran yang merambat
Biar saja aku yang menentukan untuk siapa hatiku
Bukan kamu atau diammu.


2 komentar:

  1. masalah lalu yg menggalaukan kalo ditulis malah mengingatkan loh teh, hati2...

    BalasHapus